BAB
I
PENDAHULUAN
A.
latar
belakang
Tonisitas
adalah kemampuan suatu larutan dalam memferifikasi ukuran dan bebtuk sel dengan
mengubah jumlah air dalam sel tersebut, larutan NaCl 0,9 % (b/v) dan glukosa
0,5 % (b/v) adalah isotonik dengan cairan plasma, oleh sebab itu sering
digunakan sebagai infus intravena, walaupun kedua larutan tersebut bukan plasma
tapi konsentrasi kedua partikel larutan tersebut identik sama.
Air laut cendrung hipertonis karna memiliki konsentrasi NaCl 1 mol/L, sehingga bila diminum, air dalam sel tubuh akan berpindah ke lambung dimana terdapat air laut, sehingga tubuh mengalami dehidrasi. Adapun larutan teh, jus cenderung lebih hipotonik dibandingkan cairan tubuh. Osmosisi merupakan suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan kedalam dan keluar sel ( Sarkini, 2006).
Air laut cendrung hipertonis karna memiliki konsentrasi NaCl 1 mol/L, sehingga bila diminum, air dalam sel tubuh akan berpindah ke lambung dimana terdapat air laut, sehingga tubuh mengalami dehidrasi. Adapun larutan teh, jus cenderung lebih hipotonik dibandingkan cairan tubuh. Osmosisi merupakan suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan kedalam dan keluar sel ( Sarkini, 2006).
Dalam
membandingkan dua larutan yang konsentrasi zat terlarutnya berbeda. Larutan
dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi disebut sebagai hipertonik,
larutan dengan konsentrasi zat yang lebih rendah disebut sebagai hipotonik
larutan-larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang sama disebut isotonik
(Cambell,2003).
Dengan meningkatkan tekanan pada
bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang
lebih encer. Gaya per unit luas
yang dibutuhkan
untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk
ke larutan dengan konsentrasi turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat
koligatif, yang berarti sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan
bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri (Sarkini,2006).
B.
Maksud
praktikum
Untuk
menentukan jumlah larutan pengisotonis yang ditambahkan untuk membuat larutan
isotonis dan menentukan peristiwa osmosis baik itu hipertonis, hipotonis dan
isotonis terhadap kentang.
C. Tujuan praktikum
Adapun tujuan
dari praktikum ini yaitu untuk menghitung jumlah bahan pengisotonis yang
ditambahkan untuk membuat larutan isotonis mengamati peristiwa osmosis baik itu
hipertonis, hipotonis, dan isotonis terhadap kentang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar teori
Sifat koligatif adalah sifat larutan
yang hanya bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut, dan bukan pada
jenisnya. Larutan-larutan yang mengandung jumlah partikel terlarut sama akan
memperlihatkan sifat koligatif yang sama, meskipun jenis zat terlarutnya
berbeda-beda. Pengaruh jenis zat terlarut kecil sekali peranannya, selama zat
itu tergolong non elektrolit tak atsiri (tidak mudah menguap), suatu zat yang
tak membentuk ion dan tak mempunyai uap berarti. (Eistein Yazid, 2005)
Ada empat sifat koligatif larutan, yaitu :
1. Penurunan tekanan uap
Tekanan uap
adalah ukuran kecendrungan molekul-molekul suau cairan untuk lolos menguap.
Makin mudah molekul-molekul cairan menjadi uap, makin besar tekanan uapnya.
2. Kenaikan titik didih
Titik didih
suatu cairan adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh itu sama dengan tekanan
udara luar. Biasanya yang dimaksud dengan titik didih adalah titik didih
normal, yaitu titik didih pada tekanan udara luar 1 atmosfir. Titik didih
normal air adalah 100 oC.
3.
Penurunan titik beku
Akibat lain
dari turunnya tekanan uap larutan adalah turunnya titik beku. Suhu pada saat
larutan mulai membeku pada tekanan luar 1 atm disebut titik beku. Titik beku
normal air adalah 0 oC.
4.
Tekanan osmotik
Osmosis
adalah proses berpindahnya molekul-molekul pelarut dari larutan encer kelarutan
yang lebih pekat melalui selaput (membran/penyekat) semipermeabel, yaitu
selaput berpori yang hanya dapat dilewati partikel pelarut tetapi tidak dapat
dilewati partikel zat terlarut (Eistein Yazid, 2005).
Tekanan
osmotik adalah tekanan yang dibutuhkan untuk menyebabkan pelarut (air) untuk
meninggalkan larutan (air laut, air limbah, dll) dan menyerap melalui membran
(Alyson,1970).
Ada dua
teori untuk menjelaskan peristiwa osmosis, yaitu:
1.
Teori tekanan uap
Menurut
teori ini larutan encer memiliki tekanan uap lebih besar daripada larutan yang
lebih pekat. Bila kedua macam larutan ini dipisahkan dengan selaput
semipermeabel akan terjadi pemindahan secara bertahap molekul-molekul pelarut dari
larutan yang memiliki tekanan uap besar (encer) ke larutan yang tekanan uap yang
rendah (pekat). Perpindahan ini akan berhenti setelah terjadi kesetimbangan,
yaitu bila tekanan uap kedua larutan telah sama.
2. Teori kinetika molekul
Teori ini
menjelaskan bahwa setiap molekul suatu larutan maupun gas diatas suhu absolute
0 oC selalu dalam keadaan bergerak. Energi gerak molekul kimia
tersebut dinyatakan sebagai potensial kimia. Didalam system larutan, molekul
air bergerak oleh adanya potensial kimia air (potensial air) dan semua zat
bergerak oleh adanya potensial kimia zat terlarut. Pada larutan yang sangat
encer, energy gerak atau potensial airnya dianggap paling besar sedangkan larutan
yang pekat potensial airnya rendah. Hal ini disebabkan dalam larutan pekat
molekul air banyak berikatan dengan zat terlarut sehingga sedikit yang dapat
bergerak. Dengan demikian osmosis pada dasarnya merupakan difusi dari daerah
yang memiliki potensial air yang lebih tinggi kedaerah yang potensial airnya
rendah melalui selaput semipermeabel. Difusi ini akan berhenti setelah tercapai
keadaan setimbang, dimana potensial air kedua larutan telah sama (Eistein Yazid,
2005).
Perlunya diusahakan kondisi isotonis
bagi sebuah larutan yang dipakai untuk membran yang halus dapat digambarkan
dengan mencampur sedikit darah natrium klorida encer yang tonisitasnya
berbeda-beda. Misalnya saja, bila sedikit darah didefibrinasi untuk mencegah
terjadinya pembekuan dengan memberinya larutan yang mengandung 0,9 gram natrium
klorida per 100 ml, sel itu akan tetap berada dalam bentuk normalnya. Larutan
dapat dikatakan mempunyai konsentrasi garam yang sama dan tekanan osmotik yang
sama dengan konsentrasi garam dan tekanan osmotik sel darah merah. Larutan itu
dikatakan isotonis dengan darah. Jika sel akan keluar melalui membran sel untuk
mengencerkan larutan garam disekeliling sel tersebut sampai konsentrasi garam
didua sisi membrane eritrosit identik. Keluarnya air dari dalam sel menyebabkan
sel mengerut dan mengecil atau crenated. Dalam hal seperti ini larutan garam
disebut hipertonis dengan sel darah. Jika darah dicampur natrium klorida 0,2%
atau air suling , air akan memasuki sel darah, akibatnya sel itu akan
membengkak dan pecah dengan membebaskan hemoglobin. Gejala ini dikenal sebagai
peristiwa hemolisis. Larutan garam lemah atau air ini disebut hipertonis dengan
darah (Martin,A dkk,1993: 482).
Solusi oftalmik hipotonik atau suspensi dapat diberikan
isotonik dengan penambahan agen tonisitas seperti natrium klorida, kalium
klorida, dekstrosa, gliserol, dan penyangga garam. Seperti bahan penolong
lainnya, perumus harus memberikan pertimbangan karena kemungkinan interaksi
antara agen tonisitas dan komponen lain dari formulasi, termasuk bahan
aktif itu sendiri (Gibson,2004).
Suatu larutan yang memiliki tekanan
osmosis yang sama seperti cairan tubuh tertentu disebut isotonik (artinya
memiliki tonisitas yang sama) dengan cairan tubuh spesifik tersebut. Larutan
yang memiliki tekanan osmosis lebih rendah daripada cairan tubuh disebut
hipotonik, sedangkan yang memiliki tekanan osmosis lebih besar disebut
hipertonik (Ansel, 2004).
B. Uraian Bahan
1. Aquadest
( Ditjen POM, 1979 : 45)
Nama resmi :
AQUA DESTILLATA
Nama lain :
Air suling
RM/BM :
H2O/18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
Penyimpanan
: Dalam waah tertutup rapat.
2. Dekstrosa
(Ditjen POM, 1979 : 157)
Nama resmi :
DEXTROSUM
Nama lain : Dekstrosa
RM/BM :
C6H12O6.H20/198,17
Pemerian : Hablur tidak berwarna,
serbuk hablur atau butiran putih, tidak berbau, dan rasa manis.
Kegunaan
: Sebagai pelarut hipertonis dan hipotonis.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik.
3. Kentang
(Gembong, 2005).
Nama latin :
Solanum tuberosum L.
Nama
daerah : Kentang atau ubi
mandira (Palembang), luwi kumeli (jawa barat), gantang (aceh dan minangkabau),
gentang atau gadung lepar (karo dan lampung), dan keteki jawa (sumba).
Klasifikasi
kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta.
Kelas : Dicotyledoneae.
Famili : Solanaceae.
Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum L.
4. Natrium
klorida (Ditjen POM, 1979 : 257)
Nama resmi :
NATRII CHLORIDUM
Nama lain :
Natrium klorida
RM/BM :
NaCl/58,44
Pemerian :
Hablur putih, berbentuk kubus atau berbentuk
Kelarutan :
Sangat larut dalam air.
Kegunaan :
Sebagai pelarut isotonis.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
C. Prosedur Kerja ( Anonim,2014 )
1. Pembuatan larutan NaCl 0,9 % (www.idafarmasi.blogspot.com)
Timbang NaCl
sebanyak 9 gram kemudian dalam 1000 ml aquadest.
2.
Pembuatan
larutan dekstrosa (brayfield,
2010).
Timbang
glukosa sebanyak 11,2 gram menggunakan timbangan analitik, kemudian larutkan
11,2 gram dekstrosa dalam aquadest sampai 250 ml, masukkan kedalambotol reagen
dan beri label.
3. Pengamatan terhadap larutan yang
isotonis, hipertonis, dan hipotonis.
1. Bersihkan
kentang dari kulitnya. Potong kentang dengan ukuran 2x1 cm sebanyak 3 potong.
Usahakan beratnya sama.
2. Masukkan
kentang kedalam larutan NaCl fisiologis, larutan glukosa 30% dan aquadest.
Biarkan selama 30 menit.
3. Keluarkan
dari larutan kemudian letakkan diatas tissue, kemudian timbang, lalu amati.
BAB III
METODE KERJA
A.
Alat dan bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum adalah
gelas kimia 250 ml, timbangan analitik, pisau, stopwatch, gelas ukur 50 ml,
pinset, aluminium foil dan tissu.
Adapun
bahan yang digunakan dalam praktikum adalah kentang, aquadest, larutan
dekstrosa 15%, larutan NaCl, dekstrosa 3%.
B.
Cara kerja
1. Larutan
dextrosa 15%
1.
Siapkan alat dan
bahan
2.
Ditimbang
glukosa sebanyak 37,5 gram
3.
Dilarutkan dalam
250 ml aquadest.
2.
Larutan
dekstrosa 3%
1.
Siapkan alat dan
bahan
2.
Ditimbang
glukosa sebanyak 7,5 gram
3.
Dilarutkan dalam
250 ml aquadest.
3.
Pengamatan terhadap larutan yang isotonis, hipertonis, dan hipotonis.
1.
Siapkan alat dan
bahan
2.
Bersihkan kentang
dari kulitnya, kemudian potong kentang dengan ukuran 2x1 cm sebanyak 3 potong.
3.
Usahakan
beratnya sama. Kemudian ditimbang.
4.
Dimasukkan
kentang kedalam larutan NaCl 0,9%, dekstrosa 15%, dan dekstrosa 3%. Biarkan
selama 30 menit.
5.
Dikeluarkan dari
larutan kemudian letakkan diatas tissue,
kemudian timbang, lalu amati.
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
A.
Hasil
1.
Tabel Pengamatan
Larutan
|
Banyaknya zat (g)
|
NaCl 0,9%
|
9
|
Dekstrosa 15%
|
37,5
|
Dektrosa 3%
|
7,5
|
Pengamatan kentang
terhadap larutan
·
Kelompok 1
Berat kentang (gram)
|
|||||
sebelum
|
sesudah
|
||||
isotonis
|
hipotonis
|
hipertonis
|
isotonis
|
hipotonis
|
hipertonis
|
2,069
|
1,872
|
1,935
|
2,046
|
1,936
|
1,672
|
tetap
|
tetap
|
tetap
|
tetap
|
mengembang
|
mengkerut
|
·
Kelompok 2
Berat kentang (gram)
|
|||||
sebelum
|
sesudah
|
||||
isotonis
|
hipotonis
|
hipertonis
|
isotonis
|
hipotonis
|
hipertonis
|
1,968
|
1,862
|
1,952
|
1,831
|
1,879
|
1,557
|
tetap
|
tetap
|
tetap
|
tetap
|
mengembang
|
mengkerut
|
·
Kelompok 3
Berat kentang (gram)
|
|||||
sebelum
|
sesudah
|
||||
isotonis
|
hipotonis
|
hipertonis
|
isotonis
|
hipotonis
|
hipertonis
|
1,341
|
1,180
|
1,412
|
1,429
|
1,233
|
1,495
|
tetap
|
tetap
|
tetap
|
tetap
|
mengembang
|
mengkerut
|
·
Kelompok 4
Berat kentang (gram)
|
|||||
sebelum
|
sesudah
|
||||
isotonis
|
hipotonis
|
hipertonis
|
isotonis
|
hipotonis
|
hipertonis
|
0,449
|
0,653
|
0,696
|
0,464
|
0,683
|
0,506
|
tetap
|
tetap
|
tetap
|
tetap
|
mengembang
|
mengkerut
|
·
Kelompok 5
Berat kentang (gram)
|
|||||
sebelum
|
sesudah
|
||||
isotonis
|
hipotonis
|
hipertonis
|
isotonis
|
hipotonis
|
hipertonis
|
2,206
|
2,427
|
2,452
|
2,177
|
2,475
|
2,027
|
tetap
|
tetap
|
tetap
|
tetap
|
mengembang
|
mengkerut
|
B.
Pembahasan
Tonisitas adalah membandingkan tekanan osmosa antara dua cairan yang
dipisahkan oleh membran semipermeabel.
Hipotonis merupakan larutan yang konsentrasinya rendah memiliki tekanan
osmotik yang rendah. Hipertonis adalah larutan berkonsentrasi tinggi memiliki
tekanan osmotik yang tinggi. Dan isotonis adalah tekanan osmotik sama
(konsentrasi sama maka antara kedua larutan tidak akan terjadi osmosis).
Pada percobaan yang dilakukan kami
menggunakan bahan utama yaitu kentang. Karena kentang lebih murah, teksturnya
keras dan penyerapannya bagus. Pertama-tama kentang tersebut dibersihkan dan
dipotong 3 bagian dengan ukuran 2x1 cm. diusahakan agar ketiga potongan
tersebut sama besar. Untuk mengetahui apakah beratnya sudah sama, maka setalah
pemotongan ditimbang terlebih dahulu. Kentang pertama memiliki berat awal
sebesar 2,452 g, kentang kedua memiliki berat awal sebesar 2,427 g, dan kentang
ketiga memiliki berat awal sebesar 2,206 g. Setelah melakukan penimbangan
kentang kemudian dimasukkan kedalam larutan NaCl, dektrosa 15% dan dekstrosa
3%, tetapi sebelum dimasukkan kedalam larutan amati bentuk awal dari kentang
yang keras. Kemudian masukkan potongan kentang pertama kedalam larutan dektrosa
15%, kentang kedua dimasukkan kedalam larutan dekstrosa 3%, dan potongan
kentang ketiga dimasukkan kedalam larutan NaCl. Biarkan selama 30 menit. Setelah 30 menit,
keluarkan potongan kentang dengan menggunakan pinset kemudian letakkan diatas
tissue dan timbang. pada kentang pertama pada dekstrosa 15 % memiliki berat
2,027 g dengan penampakan morfologi mengkerut, hal ini merupakan terjadinya
hipertonis, kentang kedua pada dekstrosa 3% memiliki berat 2,475 g dengan
penampakan morfologi mengembang, hal ini merupakan terjadinya hipotonis. dan
kentang ketiga pada larutan NaCl memiliki berat 2,177 g dengan penampakan
morfologi tetap. Hal ini merupakan terjadinya isotonis.
Dari pada percobaan yang dilakukan sebanding
dengan literatur yang didapat bahwa kentang yang mengalami isotonis hampir
sebanding beratnya antara sebelum dimasukkan kedalam NaCl dengan sesudahnya.
Sedangkan pada hipotonis kentang mengalami kenaikan berat dari 2,472 menjadi
2,475 dan mengembang. Pada hipertonis mengalami penurunan berat dari 2,452
menjadi 2,027 dan mengkerut.
apabila sel
hewan berada pada keadaan hipotonis maka
akan mengalami hemolisisis, yaitu sel-sel meyerap air, membengkak, lalu pecah
dan H2O masuk
kedalam sel. Sedangkan pada sel
tumbuhan, tumbuhan akan mengalami turgid (tumbuhan yang hopotonis) karena H2O
masuk kedalam sel. Apabila sel hewan berada pada keadaan hipertonis maka akan
mengalami krenasi, yaitu pengerutan pada sel-sel dan kehilangan air lalu H2O
keluar dari sel. Sedangkan pada sel tumbuhan akan mengalami plasmolisis karena
H2O keluar dari sel dan sitoplasma mengerut lalu terdorong menjauhi dinding
sel.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
percobaan tonisitas yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
Untuk pengamatan
isotonis, berat kentang sebelum dimasukkan kedalam larutan NaCl adalah 2,206 g,
sesudah dimasukkan kedalam larutan berat kentang adalah 2,177 g dan penampakan
morfologinya tetap. Dimana bentuk awal keras dan setelah dimasukkan dalam
larutan NaCl bentuknya tetap sama
Untuk
pengamatan hipotonis, berat kentang sebelum dimasukkan kedalam larutan
dekstrosa 3 % adalah 2,427 g, sesudah
dimasukkan kedalam larutan berat kentang naik menjadi 2,475 g dan penampakan
morfologinya mengembang. Dimana bentuk awalnya keras setelah dimasukkan dalam
larutan dekstrosa 3 % bentuknya menjadi lembek dan mengembang.
Untuk
pengamatan hipertonis, berat kentang sebelum dimasukkan kedalam larutan
dekstrosa 15 % adalah 2,452 g, sesudah dimasukkan kedalam larutan berat kentang
mengalami penurunan berat menjadi 2,027 g dan penampakan morfologinya mengkerut.
Dimana bentuk awalnya keras setelah dimasukkan dalam larutan dekstrosa 15 %
bentuknya menjadi kecil dan mengkerut.
B. Saran
Sebaiknya
asisten tidak ada yang terlambat ketika praktikum berjalan. Selain itu, asisten
harus bersikap adil
DAFTAR PUSTAKA
Alyson
sagle,benny freeman.1970.fundamental of
membranes for water treatmen.Amerika:American chemichal society.
Anonim.2014.Penuntun Praktikum Farmasi Fisika.Makassar:Jurusan Farmasi
UMI.
Ansel,H.C.
2004. Kalkulus farmasetik.EGC:Jakarta.
Brayfield,alison.2010.martindale the comlete drug reference.Thity
eight edition.Pharmaceutical product in europe the US and japan: USA.
Campbell.2003.Biologi.Jakarta:Erlangga
Ditjen POM.1979. Farmakope
Indonesia edisi III. Jakarta; Depkes RI.
Gembong,T.2005.Morfologi Tumbuhan.Gadjah Mada
University Press:Yogyakarta
Gibson,M.,2004.pharmaceuutical preformulation.CRCpress.USA.
Martin,
Alfred, dkk. 1993 . Farmasi Fisika: Dasar-dasar farmasi fisika
dalam ilmu farmasetika, diterjemahkan oleh Yoshita , edisi III , jilid II.
Jakarta; penerbit UI.
Sudiarja,A.,Subanar,G.Budi.,Sunadi,St.,Sarkini,T.,karya lengkap dwikartya,jakarta:Gramedia
Pustaka Umum,2006
www.idafarmasi.blogspot.com
LAMPIRAN
A.
Skema kerja pengamatan pada kentang
Siapakan alat
dan bahan


Larutan NaCl
gelas ukur


Gelas kimia dekstrosa 15 %

Dekstrosa 3 %
![]() |
Bersihkan
kentang dari kulitnya






kemudian
ptong kentang dengan ukuran 2x1 cm sebanyaka 3 potong.


Dimasukkan
kentang kedalam larutan NaCl 0,9%, dekstrosa 15%, dan dekstrosa 3%. Biarkan
selama 30 menit.


Dikeluarkan
dari larutan kemudian letakkan diatas
tissue, kemudian timbang, lalu amati.


