Rabu, 31 Desember 2014

bobot jenis dan kerapatan


BAB  1
PENDAHULUAN
A.     Latar belakang
Setiap zat yang ada di muka bumi ini memiliki karakteristik 6 tersendiri. Karakter-karakter tersebut berbeda dari segi fisik maupun segi kimia. Sifat fisik adalah sifat zat yang dapat diamati secara langsung, misalnya cairan, padat atau gas, serta sifat yang dapat diukur seperti massa, volume, warna dan sebagainya. Sifat kimia meliputi sifat zat yang tidak dapat diamati secara langsung, misalnya kelarutan zat, kerapatan dan lain- lain. Keadaan bahan secara keseluruhan dapat di bagi menjadi zat gas, fluida, dan padat. Zat padat cenderung mempertahankan bentuknya sementara fluida tidak mempertahankan bentuknya dan gas mengembang menempati semua ruangan tanpa memperdulikan bentuknya. Fluida termasuk materi yang mengalir yang digunakan dalam hubungan antara cairan dengan gas. Teori fluida sangat kompleks, sehingga penelusurannya dimulai dari yang paling dasar yakni dalam penentuan kerapatan dan bobot jenis. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa karakteristik suatu zat berbeda satu dengan yang lain. Demikian pula dengan kerapatan, yang juga merupakan suatu sifat zat, berbeda untuk setiap zat. Sebagai contoh minyak dan air ketika dicampur tercipta 2 fasa karena kerapatannya berbeda. Selain itu peristiwa mengapung, melayang dan tenggelam, merupakan kejadian lazim kita lihat yang dipengaruhi oleh perbandingan bobot jenis zat-zat tersebut. Untuk mengetahui cara mengukur bobot jenis dan kerapatan pada beberapa sampel.
Di bidang farmasi, selain bobot jenis digunakan untuk mengetahui kekentalan suatu zat cair juga digunakan untuk mengetahui kemurnian suatu zat dengan menghitung berat jenisnya kemudian dibandingkan dengan teori yang ada, jika berat jenisnya mendekati maka dapat dikatakan zat tersebut memiliki kemurnian yang tinggi. Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk mengetahui hal tersebut dengan menggunakan piknometer, maka dilakukanlah percobaan penentuan kerapatan dan bobot jenis ini.

B.        Maksud praktikum
Mengetahui dan memahami cara pentepan bobot jenis dan kerapatan jenis suatu sampel berupa asam borat dan susu ultra, sirup marjan, sirup DHT, pocary sweat, dan sirup ABC.

C.      Tujuan praktikum
·      Menentukan bobot jenis beberapa cairan
·       Menentukan kerapatan beberapa padatan



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.     Dasar teori
Keadaan bahan secara keseluruhan secara mudah dapat dibagi menjadi zat padat dan fluida. Zat padat cenderung tegar dan mempertahankan bentuknya, sementara fluida tidak mempertahankan bentuknya tetapi mengalir. Fluida meliputi cairan, yang mengalir dibawah pengaruh gravitasi sampai menempati daerah terendah yang mungkin dari penampungnya, dan gas, yang mengembang mengisi penampungnya tanpa peduli bentuknya. Perbedaan antara zat padat dan cairan tidak tajam. Walaupun es dianggap sebagai zat padat, aliran sungai es sangat dikenal. Demikian pula kaca, dan bahkan batu dibawah tekanan yang besar, cenderung mengalir sedikit untuk periode waktu yang panjang (Petrucci, 1999).
Specific gravity (bobot jenis) adalah rasio bobot zat baku yang  volumenya sama pada suhu yang  sama dan dinyatakan dalam  desimal. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap bobot suatu zat baku.
Bobot jenis juga digunakan untuk mengubah pernyataan kekuatan b/b, b/v, dan v/v ( Ansel,2004 ).
Bobot jenis suatu  zat dapat dihitung dengan mengetahui bobot dan volumenya (Ansel, 2004).
Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 40C atau temperatur lain yang telah ditentukan (Ansel, 1989).
Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain (Martin, 1990).
1.    Metode Piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.
2.    Metode Neraca Hidrostatik. Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume cairan yang terdesak.
3.    Metode Neraca Mohr-Westphal. Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disitimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal adalah penggunan waktu yang singkat dan mudah dlaksanakan.
Ahli farmasi seringkali mempergunakan besaran pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume.
Menurut defenisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam decimal, dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat mempunyai temperature yang sama atau temperature yang telah diketahui. Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan (Lachman, L., 1994).
Kerapatan adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperature dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam system cgs dalam gram  per sentimeter kubik (g/cm3) (Martin, 1990).
Kerapatan partikel, karena partikel bisa keras dan lembut dalam satu hal dan kasar serta berpori dalam hal lainnya, seseorang harus menyatakan kerapatan dengan hati-hati. Kerapatan partikel secara umum didefinisikan sebagai berat per satuan volume, kesulitan timbul bila seseorang mencoba untuk menentukan volume dan partikel yang mengandung retakan-retakan mikroskopis pori-pori dalam ruang kapiler (Martin, 1993).
Tipe-tipe ruang udara atau rongga dapat dibedakan (Lachman,1989) :
-          Rongga intrapartikel yang terbuka. Rongga-rongga terdapat didalam partikel tunggal, tetapi terbuka pada lingkungan luar.
-          Rongga intrapartikel yang tertutup. Rongga-rongga didalam partikel tunggal, tetapi tertutup dari lingkungan luar.
-          Rongga antarpartikel. Ruang-ruang udara antara dua partikel individu.
Bobot jenis zat padat dibagi menjadi ( Gibson 2004 ) :
-          Kerapatan partikel sejati adalah ketika pengukuan volume tidak termasuk pori-pori terbuka dan pori-pori tertutp dan merupakan sifat dasar dari suatu bahan.
-          Kerapatan partikel mampat adalah ketika pengukuran volume termasuk pori-pori antarpartikulat.
-          Kerapatan partikel bulk adalah volume terlihat dari gas yang bergerak melewati partikel. Hal ini penting dalam proses-proses seperti sedimentasi dan fluidasasi tetapi jarang digunakan dalam bentuk sediaan padat. Pengetahuan tentang kepadatan bulk sangat berguna untuk sediaan obat dalam bentuk sediaan akhir (pdf tablets vol 1).







B.      Uraian bahan
·           Parafin (FI Ed.III)
Nama resmi             : PARAFFINUM LIQUIDUM
Nama lain                : Parafin cair
Pemerian                 : Cairan kental, transparan, tidak berfluorensensi,       tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai warna.
Kelarutan                 : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%), larut dalam kloroform dan dalam eter.

·         Asam borat (Ditjen Pom, 1979)
Nama resmi              : ACIDUM BORICUM
Nam lain                   : asam borat
RM/BM/BJ                : H3BO3/61,83/ 1,435
Kerapatan                 : 1,435 gr/ml
Pemerian                  : hablur, serbuk hablur putih atau sisik
                                    Mengkilap tidak berwarna; kasar; tidak
                                    Berbau; rasa agak Asam dan pahit kemudian
                                    Manis.
Kelarutan                  : larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air
                                    Mendidih, dalam 16 bagian etanol (95%) p
                                    Dan dalam 5 bagian gliserol p.
Penyimpanan            : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                  : sebagai sampel

·          Air Suling (Ditjen POM, 1979 : 96)
Nama resmi             : AQUA DESTILLATA
Nama lain                 : Air suling
Rumus struktur         : H-O-H
RM/BM/BJ                : H2O / 18,02/1,00
Pemerian                  : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;
                                     Tidak mempunyai rasa
Penyimpanan            : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan                  : Sebagai pelarut

KOMPOSISI SAMPEL
·           SUSU ULTRA:
Komposisi:
Susu Segar Coklat: Susu Sapi Segar, Sukrosa, Bubuk Coklat, Pemantap Nabati, Perisa Coklat.
·       SIRUP ABC
Komposisi;
Air,gula,pengatur keasaman,perisa jeruk,pemanis buatan natrium siklamat 0,7 g/kg minuman siap saji,pengawet natrium benzoat,pewarna tetrazin Cl 19140,kuning FCF Cl 15985,sari buah jeruk.
·       SIRUP DHT
Komposisi;
65% gula, Air, Aroma dan pewarna
·     SIRUP MARJAN
Komposisi;
Gula pasir,Air,Ekstrak Kelapa,Ekstrak Pandan,Perisa Cocopandan,Pengatur Keaasaman,Asam Sitrat,Pewarna(Ponceau 4R(Cl 16255)&Tartrazin(Cl 19140)
·     Pocari sweat
Komposisi;


C.      Prosedur kerja (Anonim,2014)

a.    Menentukan kerapatan bulk
·      Timbang asam borat sebanyak 10 g, kemudian masukkan kedalam gelas   ukur         50 ml.
·      Ukur volume zat padat
·      Hitung kerapatan bulk menggunakan persamaan

b.    Menentukan kerapatan mampat
·       Timbang zat padat sebanyak 10 gram
·       Masukkan kedalam gelas ukur
·       Ketuk sebanyak 100 kali ketukan
·       Ukur volume yang terbentuk
·         Hitung kerapatan mampat dengan persamaan

                
c.    Menentukan kerapatan sejati
·      Timbang piknometeryang bersih dan kering bersama tutupnya (W1)
·      Isi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian volumenya.    Timbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya (W3)
·        Isikan paraffin cair perlahan-lahan kedalam  piknometer berisi zat padat, kocok-kocok, dan isi sampai penuh sehingga tidak ada gelembung udara didalamnya
·      Timbang piknometer berisi zat padat dan paraffin cair tersebut beserta tutupnya (W4)
·      Bersikan piknometer dan isi penuh dengan paraffin cair hingga tidak ada gelembung di dalamnya
·      Timbang piknometer berisi penuh paraffin cair dan tutup nya (W2)
·      Hitung kerapatan zat menggunakan persamaan
        
d.    Menentukan bobot jenis cairan
·      Gunakan piknometer bersih dan kering
·      Timbang piknometer kosong (W1), lalu isi dengan air suling, bagian luar  piknometer dilap sampai kering dan ditimbang (W2)
·      Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan timbang (W3)
·       Hitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan.






BAB III
METODE KERJA
A.            Alat dan bahan
Adapun alat yang digunakan adalah Corong, Gelas ukur 25 ml, Gelas kimia 50 ml, Lap halus, Piknometer 25 ml, dan Pipet tetes, sendok tanduk.
Adapun bahan yang digunakan adalah Alkohol, Alumunium Foil, Aquadest, Asam borat, Gliserin, Minyak, Parafin cair, Susu dan Tissue.
B.             Cara kerja
1.       Menentukan kerapatan bulk
- siapkan alat dan bahan
- Ditimbang zat padat sebanyak 10 mg.
- Dimasukkan kedalam gelas ukur 50 ml.
- Diukur volume zat padat tersebut.
- hitung kerapatan bulk dengan menggunakan rumus:
Kerapatan bulk            = bobot zat padat (g)
                                                   Volume bulk (ml)
2.   Menentukan kerapatan mampat
- siapkan alat dan bahan
- Ditimbang zat padat sebanyak 10 mg.
- Dimasukkan kedalam gelas ukur 50 ml.
- Diketuk sebanyak 100 kali dengan menggunakan alat yang telah disediakan
- Diukur volume zat padat tersebut.
- hitung kerapatan zatnya dengan menggunakan rumus:
Kerapatan mampat  = bobot zat padat (g)
                                                 Volume mampat (ml)

 3.   Menentukan kerapatan sejati
- siapkan alat dan bahan
- Ditimbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya
- Diisi piknometer dengan asam borat kira-kira 1/3 bagian volumenya
- Ditimbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya. Isikan parafin cair perlahan-lahan kedalam piknometer yang berisi zat padat. Hingga tidak ada lagi ruang didalam piknometer.
- Ditimbang piknometer berisi zat padat dan paraffin cair.
- kemudian bersihkan piknometer, masukkan parafin cair hingga tidak    ada gelembung didalamnya.
- Ditimbang piknometer berisi penuh paraffin cair dan tutupnya.
- Dihitung kerapatan zat. Dengan menggunakan rumus:
Kerapatan sejati = berat sampel (g)
                                         Volume sampel (ml)

 4.  Mengukur bobot jenis menggunakan piknometer
- Disiapkan alat dan bahan
- Dicuci piknometer dengan aquades dan kemudian dibilas dengan alcohol
70 %.
- Setelah itu, piknometer dikeringkan.
- Setelah dikeringkan, ditimbang berat kosong piknometer
- Kemudian diisi piknometer dengan masing-masing sampel
- Untuk suhu kamar digunakan es batu yang dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian piknometer di masukkan ke dalamnya, hingga suhunya mencapai 25°C dan suhu tersebut dipertahankan.
- Ditimbang berat piknometer yang berisi sampel.
- Dihitung BJ dan RJ
 5.  Bobot jenis susu ultra
- disiapkan alat dan bahan
- masukkan susu ultra kedalam gelas ukur 50 ml
- ditimbang gelas ukur yang berisi susu ultra
-  hitung bobot jenisnya dengan menggunakan rumus:
Dt =   W2 – W1
                                         VPikno


BAB  IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.     Hasil
1.      Table kerapatan
kelompok
Kerapatan
bulk
Kerapatan
mampat
Kerapatan
sejati
1
0,83
0,90
-3,86
2
0,83
0,90
-1,46
3
0,83
0,90
-48,88
4
0,91
1
-2,54
5
0,77
1
-2,224

Perhitungan :
1.      Kelompok 1
a.       Kerapatan bulk :
Kerapatan bulk = bobot zat padat (g)
                                  Volume bulk (ml)
                             =   10 g   = 0,83 g/ml
                                                             12ml
b.      Kerapatan mampat :
Kerapatan mampat = bobot zat padat (g)
                                      Volume mampat (ml)
                                     =   10 g   = 0,90 g/ml
                                          11ml
c.       Kerapatan sejati :
a.     Berat pikno kosong                  : 11,25
b.     Berat pikno + paraffin              : 32,85
c.      Berat pikno + asam borat        : 23,28
d.     Pikno + paraffin + asam borat            : 42,33
e.      Berat paraffin                (b-a)    : 21,60
f.       Berat sampel                 (c-a)    : 12,02
g.     Berat sampel + paraffin (d-a)  : 11,25
h.     Berat paraffin yang diganti dengan sampel  
       (g-e-f) = (11,25-21,60-12,02) = -2,55
i.       Volume sampel       h                = -3,11
                               BJ parafin        
j.       Kerapatan sejati = berat sampel (g)
                                         Volume sampel (ml)
                                     = 12,02  = -3,86 g/ml
                                         -3,11

2.      Kelompok 2
a.       Kerapatan bulk :
Kerapatan bulk = bobot zat padat (g)
                                  Volume bulk (ml)
                             =   10 g   = 0,83 g/ml
                                                            12ml
b.      Kerapatan mampat :
Kerapatan mampat = bobot zat padat (g)
                                      Volume mampat (ml)
                                     =   10 g   = 0,90 g/ml
                                          11ml
c.       Kerapatan sejati :
a.       Berat pikno kosong                  : 30,63
b.      Berat pikno + paraffin              : 50,89
c.       Berat pikno + asam borat        : 45,80
d.      Pikno + paraffin + asam borat            : 57,52
e.       Berat paraffin                (b-a)    : 20,26
f.        Berat sampel                 (c-a)    : 15,17
g.       Berat sampel + paraffin (d-a)  : 26,89
h.      Berat paraffin yang diganti dengan sampel  
       (g-e-f) = (26,89-20,26-15,17) = -8,54

i.         Volume sampel       h                =  -8,54 = -10.41
                               BJ parafin         0,82
j.         Kerapatan sejati = berat sampel (g)
                                       Volume sampel (ml)

                                     =  15,17  = -1,46 g/ml
                                         -10,41

3.      Kelompok 3
a.       Kerapatan bulk :
Kerapatan bulk = bobot zat padat (g)
                                  Volume bulk (ml)
                             =  10  g  = 0,83 g/ml
                                                           12 ml
b.      Kerapatan mampat :
Kerapatan mampat = bobot zat padat (g)
                                      Volume mampat (ml)
                                     =  10  g   = 0,90 g/ml
                                         11 ml

c.       Kerapatan sejati :
a.       Berat pikno kosong                  : 23,33
b.      Berat pikno + paraffin              : 43,87
c.       Berat pikno + asam borat        : 39,95
d.      Pikno + paraffin + asam borat            : 53,34
e.       Berat paraffin                (b-a)    : 20,54
f.        Berat sampel                 (c-a)    : 16,62
g.       Berat sampel + paraffin (d-a)  : 30,01
h.      Berat paraffin yang diganti dengan sampel  
       (g-e-f) = (30,01-20,54-16,62)= -7,15


i.         Volume sampel       h                =  -7,15 = -0,34
                               BJ parafin         20,54

j.         Kerapatan sejati = berat sampel (g)
                                         Volume sampel (ml)
                                      = 16,62  = -48,88 g/ml
                                          -0,34
                                    
4.      Kelompok 4
a.       Kerapatan bulk :
Kerapatan bulk = bobot zat padat (g)
                                  Volume bulk (ml)
                             =  10  g   = 0,90 g/ml
                                                            11 ml
b.      Kerapatan mampat :
Kerapatan mampat = bobot zat padat (g)
                                      Volume mampat (ml)
                                    =  10  g   = 1 g/ml
                                       10 ml
c.       Kerapatan sejati :
a.       Berat pikno kosong                  : 29,11
b.      Berat pikno + paraffin              : 48,93
c.       Berat pikno + asam borat        : 42,44
d.      Pikno + paraffin + asam borat            : 57,97
e.       Berat paraffin                (b-a)    : 28,86
f.        Berat sampel                 (c-a)    : 13,33
g.       Berat sampel + paraffin (d-a)  : 28,86
h.      Berat paraffin yang diganti dengan sampel  
       (g-e-f) = (28,86-28,86-13,33) = -4,29
i.         Volume sampel       h                = -5,23
                               BJ parafin        
j.         Kerapatan sejati = berat sampel (g)
                                      Volume sampel (ml)
                                     = 13,33  = -2,54 g/ml
                                        -5,23     

5.      Kelompok 5
a.       Kerapatan bulk :
Kerapatan bulk = bobot zat padat (g)
                                  Volume bulk (ml)
                             =  10  g   = 0,77 g/ml
                                                            13 ml
b.      Kerapatan mampat :
Kerapatan mampat = bobot zat padat (g)
                                         Volume mampat (ml)
                                     =  10  g   = 1 g/ml
                                         10 ml
c.       Kerapatan sejati :
k.       Berat pikno kosong                  : 22,03
l.         Berat pikno + paraffin              : 42,69
m.    Berat pikno + asam borat        : 35,09
n.      Pikno + paraffin + asam borat            : 50,89
o.      Berat paraffin                (b-a)    : 20,65
p.      Berat sampel                 (c-a)    : 13,04
q.      Berat sampel + paraffin (d-a)  : 28,85
r.       Berat paraffin yang diganti dengan sampel  
       (g-e-f) = (28,85-20,65-13,04)= -4,84


s.       Volume sampel           h                        =  -4,84 = -5,86
                               BJ parafin         0,83
t.        Kerapatan sejati = berat sampel (g)
                                      Volume sampel (ml)
                                     = 13,04  = -2,224
                                       -5,86



2.      Table bobot jenis
sampel
Bobot jenis (g/ml)
Sirup marjan
1,410   g/ml
Sirup DHT
1,2884 g/ml
Pocary sweat
1,0156 g/ml
Sirup ABC
1,1253 g/ml
Ultra milk
1,0283 g/ml

Perhitungan :
1.      Kelompok 1
       Dt =   W2 – W1
                   VPikno
            = 46,50 – 11,25  = 1,410 g/ml
                         25
2.      Kelompok 2
       Dt =    W2 – W1
                         VPikno
                  = 62,84 – 36,67  = 1,2884 g/ml
                                25

3.      Kelompok 3
       Dt =    W2 – W1
                    VPikno
           = 48,72 – 23,33  = 1,0156 g/ml
                        25
4.      Kelompok 4
      Dt =    W2 – W1
                    VPikno
           =  57,2415 – 29,1090  = 1,253 g/ml
                            25
5.      Kelompok 5
       Dt =    W2 – W1
                    VPikno
           = 40,4172 – 17,7075  = 1,0283 g/ml
                            25









B.             Pembahasan
Bobot jenis adalah perbandingan massa dengan volume suatu zat pada suhu tertentu (25°C), dan kerapatan jenis adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat dengan bobot jenis air pada suhu tertentu. Kerapatan zat bersifat mutlak.
Dalam bidang farmasi bobot jenis dan kerapatan jenis suatu zat atau cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut suatu zat.

          Dalam percobaan bobot jenis dan kerapatan zat dilakukan empat percobaan yakni percobaan menentukan kerapatan bulk, menentukan kerapatan mampat, menentukan kerapatan sejati, dan menentukan bobot jenis zat cair, zat cair yang diperoleh oleh kelompok adalah susu ultra.
          Pada percobaan menentukan kerapatan bulk digunakan asam borat sebanyak 10 gram kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur 50 ml sehingga volume bulk adalah 13 ml. Setelah itu hitunglah hasil kerapatan  bulk yang didapatkan dari perbandingan bobot zat padat dan volume bulk yaitu 0,779 g/ml. setelah melakukan percobaan bulk, kemudian dilanjutkan dengan melakukan percobaan menentukan kerapatan mampat, asam borat yang terdapat dalam gelas ukur dalam menentukan volume bulk akan dimampatkan dengan cara diketuk-ketuk sebanyak 100 kali dengan menggunakan alat yang telah disediakan hingga asam borat menjadi mampat dan diperoleh volume mampatnya 10 ml. Sehingga perbandingan antara bobot zat padat dan volume mampat adalah 1 g/ml. Kemudian dilanjutkan dengan mengukur kerapatan sejati. penentuan kerapatan sejati, digunakan piknometer kosong yang ditimbang beserta dengan penutupnya. Diperoleh sebesar 22,03 gram. Piknometer yang bersih, dipegang menggunakan tissue. Hal ini dikarenakan pada tangan manusia tedapat partikel atau zat yang dapat mempengaruhi bobot piknometer yang sesungguhnya. Asam borat dimasukkan 2/3 volume piknometer dan ditimbang beserta penutupnya. Hingga diperoleh 35,09 gram. Ditambahkan paraffin cair perlahan-lahan kedalam piknometer yang berisi asam borat kemudian dikocok dan diisi hingga penuh sehingga tidak gelembung udara didlam piknometer. Timbang beserta penutupnya. Diperoleh sebesar 50,89gram. Bersihkan piknometer kemudian diisi dengan parafin cair, isi penuh sehingga tidak gelembung didalamnya. Timbang dan diperoleh sebesar 42,69 gram.  Kemudian dihitung volume sampel dengan perbandingan antara berat parafin cair dan asam borat didalam piknometer dengan bobot jenis parafin sehingga diperoleh hasil -5,86
Setelah itu hitung kerapatan sejati dengan perbandingan antara berat sampel dan volume yang didapat. Kemudian diperoleh hasil -2,224
menentukan bobot jenis  dilakukan dua sampel yaitu parafin cair dan susu ultra. Pertama-tama timbang piknometer kosong. Diperoleh hasil 25 kemudian isi dengan sampel yang disediakan dan ditimbang dengan penutupnya dan diperoleh hasil 40,4172 hitung perbandingan antara piknometer yang berisi sampel dengan piknometer kosong.
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh hasil perhitungan, yaitu kerapatan sejati dari asam borat adalah -2,224 g/ml. Berdasarkan literatur, kerapatan asam borat adalah 1,435 g/ml. Jika dibandingkan antara hasil yang diperoleh dengan literatur, selisih perbedaannya yaitu 0,3659 g/ml.
Pada percobaan ini menggapa hasil yang didapat dari perhitungan kerapatan sejati itu ­(-) bukan karena adanya faktor dari kesalahan praktikan melainkan  pada rumus perhitungan yang digunakan pada percobaan ini berbeda dengan rumus yang ada pada penuntun, sehingga  penentuan berat parafin cair yang diganti dengan sampel yang ada menghasilkan (-) pula sehimgga hasil dari volume sampel dan kerapatannya yang didapatkan adalah (-).






BAB V
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
·         kelompok I
kerapatan Bulk = 0,83
kerapatan Mampat = 0,90
 kerapatan Sejati = -3,86
·         kelompok II
kerapatan Bulk = 0,83
kerapatan Mampat = 0,90
kerapatan Sejati = -1,46
·         kelompok III
kerapatan bulk = 0,083
kerapatan Mampat = 0,90
kerapatan Sejati = -48,88
·         kelompok IV
kerapatan Bulk = 0,91
 kerapatan Mampat = 1
kerapatan Sejati = -2,54


·         kelompok V
kerapatan Bulk 0,77
kerapatan Mampat = 1
kerapatan Sejatinya = -2,224.
Hasil perhitungan bobot jenis dari beberapa sampel:
Sampel
Bobot Jenis (g/ml)
Sirup Marjan
1,410
Sirup DHT
1,2884
Pocary Sweat
1,0156
Sirup ABC
1,1253
Ultra Milk
1,0283

Jadi, sampel yang memiliki bobot jenis paling besar adalah Sirup Marjan dan yang paling kecil adalah Pocary Sweat.

B.      Saran
Sebaiknya asisten selalu memperhatikan praktikannya dalam melakukan percobaan agar dapat memperoleh hasil yang sesuai











DAFTAR PUSTAKA

Petrucci R . H ,1999, Kimia Dasar Prinsip dan Teori Modern, Erlangga, Jakarta.

 Lachman, L., dkk., (1994), Teori dan Praktek Farmasi Industri II, Edisi III, diterjemahkan oleh Siti suyatmi, UI Press, Jakarta

Lieberman.h,dkk. Pharmaceutical dosage forms: tablets vol. I. Marcel domes; Newyork

Anonim., 2013. PENUNTUN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA I. Makassar: Laboratorium Farmaseutika Fakultas Farmasi UMI.
Ansel, H.C., 2004. KALKULASI FARMASETIK. Jakarta: EGC
Ditjen POM., 1979. FARMAKOPE INDONESIA EDISI III.  Jakarta:  Depertemen Kesehatan RI
Gibson, M., 2004. PHARMACEUTICAL PREFORMULATION AND FORMULATION . USA: CRC Press
Martin, Alfred. 1990. “Farmasi Fisika”. UI - press. Jakarta
Tim asisten. 2008. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Makassar: Jurusan Farmasi UNHAS.









LAMPIRAN
SKEMA KERJA
A.      Menentukan Kerapatan Bulk
  Ditimbang 10 g                                       
Hitung kerapatan bulk
Ukur volume-nya
ASAM BORATSAM BORAT

B.      Menentukan Kerapatan Mampat
  Ditimbang 10 g                                       
Hitung kerapatan bulk
Ukur volume-nya
ASAM BORAT  BORATBORATSAM BORAT


C.     
W4
W3
W1
Menentukan Kerapatan Sejati
+ asam borat 2/3 bgn
+ asam borat + paraffin cair
ditimbang
ditimbang
ditimbang

ditimbang
W2
Hitung kerapatan zat-nya
+ paraffin cair






D.     
W3
W2
W1
Menentukan Bobot Jenis Cairan
+ air suling
W3
+ sirup
ditimbang
+ alkohol
ditimbang
ditimbang
ditimbang



Hitung Bobot Jenis Cairan
 




LABORATORIUM FARMASETIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
LAPORAN PRAKTIKUM
“BOBOT JENIS DAN KERAPATAN





OLEH
                                NAMA                   :               NURMAIDA MASTUR SUSILA
                                STAMBUK          :               150 2013 0040
                                KELAS                  :               2.2
                                KELOMPOK       :               5
                                ASISTEN             :               SURYA  FAJRIYANTO



FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar