BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Setiap
zat yang ada di muka bumi ini memiliki karakteristik 6 tersendiri.
Karakter-karakter tersebut berbeda dari segi fisik maupun segi kimia. Sifat
fisik adalah sifat zat yang dapat diamati secara langsung, misalnya cairan,
padat atau gas, serta sifat yang dapat diukur seperti massa, volume, warna dan
sebagainya. Sifat kimia meliputi sifat zat yang tidak dapat diamati secara
langsung, misalnya kelarutan zat, kerapatan dan lain- lain. Keadaan bahan
secara keseluruhan dapat di bagi menjadi zat gas, fluida, dan padat. Zat padat
cenderung mempertahankan bentuknya sementara fluida tidak mempertahankan
bentuknya dan gas mengembang menempati semua ruangan tanpa memperdulikan
bentuknya. Fluida termasuk materi yang mengalir yang digunakan dalam hubungan
antara cairan dengan gas. Teori fluida sangat kompleks, sehingga penelusurannya
dimulai dari yang paling dasar yakni dalam penentuan kerapatan dan bobot jenis.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa karakteristik suatu zat berbeda
satu dengan yang lain. Demikian pula dengan kerapatan, yang juga merupakan
suatu sifat zat, berbeda untuk setiap zat. Sebagai contoh minyak dan air ketika
dicampur tercipta 2 fasa karena kerapatannya berbeda. Selain itu peristiwa
mengapung, melayang dan tenggelam, merupakan kejadian lazim kita lihat yang
dipengaruhi oleh perbandingan bobot jenis zat-zat tersebut. Untuk mengetahui
cara mengukur bobot jenis dan kerapatan pada beberapa sampel.
Di bidang
farmasi, selain bobot jenis digunakan untuk mengetahui kekentalan suatu zat
cair juga digunakan untuk mengetahui kemurnian suatu zat dengan menghitung
berat jenisnya kemudian dibandingkan dengan teori yang ada, jika berat jenisnya
mendekati maka dapat dikatakan zat tersebut memiliki kemurnian yang tinggi.
Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk mengetahui hal tersebut dengan
menggunakan piknometer, maka dilakukanlah percobaan penentuan kerapatan dan
bobot jenis ini.
B.
Maksud praktikum
Mengetahui dan memahami cara pentepan
bobot jenis dan kerapatan jenis suatu sampel berupa asam borat dan susu ultra,
sirup marjan, sirup DHT, pocary sweat, dan sirup ABC.
C.
Tujuan praktikum
·
Menentukan bobot jenis beberapa cairan
·
Menentukan kerapatan beberapa padatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Dasar teori
Keadaan bahan secara keseluruhan
secara mudah dapat dibagi menjadi zat padat dan fluida. Zat padat cenderung
tegar dan mempertahankan bentuknya, sementara fluida tidak mempertahankan
bentuknya tetapi mengalir. Fluida meliputi cairan, yang mengalir dibawah
pengaruh gravitasi sampai menempati daerah terendah yang mungkin dari
penampungnya, dan gas, yang mengembang mengisi penampungnya tanpa peduli
bentuknya. Perbedaan antara zat padat dan cairan tidak tajam. Walaupun es
dianggap sebagai zat padat, aliran sungai es sangat dikenal. Demikian pula
kaca, dan bahkan batu dibawah tekanan yang besar, cenderung mengalir sedikit
untuk periode waktu yang panjang (Petrucci, 1999).
Specific gravity (bobot jenis)
adalah rasio bobot zat baku yang
volumenya sama pada suhu yang
sama dan dinyatakan dalam desimal. Bobot jenis menggambarkan hubungan
antara bobot suatu zat terhadap bobot suatu zat baku.
Bobot
jenis juga digunakan untuk mengubah pernyataan kekuatan b/b, b/v, dan v/v (
Ansel,2004 ).
Bobot jenis suatu zat dapat dihitung dengan mengetahui bobot
dan volumenya (Ansel, 2004).
Berbeda dengan kerapatan, bobot
jenis adalah bilangan murni atau tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi
kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Bobot jenis untuk penggunaan
praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat
terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 40C atau temperatur
lain yang telah ditentukan (Ansel, 1989).
Berat jenis dapat
ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer, neraca Mohr-Westphal,
hidrometer dan alat-alat lain (Martin, 1990).
1. Metode
Piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan
penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk
menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan
bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume
piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.
2. Metode Neraca
Hidrostatik. Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang
dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume cairan
yang terdesak.
3. Metode Neraca
Mohr-Westphal. Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang
ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disitimbangkan dengan bobot lawan.
Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal adalah penggunan
waktu yang singkat dan mudah dlaksanakan.
Ahli farmasi seringkali
mempergunakan besaran pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa
dan volume.
Menurut defenisi, rapat jenis
adalah perbandingan yang dinyatakan dalam decimal, dari berat suatu zat
terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat mempunyai
temperature yang sama atau temperature yang telah diketahui. Air digunakan
untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau udara untuk gas. Dalam
farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air
merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah
didapat dan mudah dimurnikan (Lachman, L.,
1994).
Kerapatan adalah turunan
besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa per
satuan volume pada temperature dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam
system cgs dalam gram per sentimeter
kubik (g/cm3) (Martin, 1990).
Kerapatan partikel, karena partikel bisa keras dan lembut dalam satu hal
dan kasar serta berpori dalam hal lainnya, seseorang harus menyatakan kerapatan
dengan hati-hati. Kerapatan partikel secara umum didefinisikan sebagai berat
per satuan volume, kesulitan timbul bila seseorang mencoba untuk menentukan
volume dan partikel yang mengandung retakan-retakan mikroskopis pori-pori dalam
ruang kapiler (Martin, 1993).
Tipe-tipe ruang udara atau rongga dapat
dibedakan (Lachman,1989) :
-
Rongga intrapartikel yang terbuka.
Rongga-rongga terdapat didalam partikel tunggal, tetapi terbuka pada lingkungan
luar.
-
Rongga intrapartikel yang tertutup.
Rongga-rongga didalam partikel tunggal, tetapi tertutup dari lingkungan luar.
-
Rongga antarpartikel. Ruang-ruang udara
antara dua partikel individu.
Bobot
jenis zat padat dibagi menjadi ( Gibson 2004 ) :
-
Kerapatan partikel sejati adalah ketika
pengukuan volume tidak termasuk pori-pori terbuka dan pori-pori tertutp dan
merupakan sifat dasar dari suatu bahan.
-
Kerapatan partikel mampat adalah ketika
pengukuran volume termasuk pori-pori antarpartikulat.
-
Kerapatan partikel bulk adalah volume
terlihat dari gas yang bergerak melewati partikel. Hal ini penting dalam
proses-proses seperti sedimentasi dan fluidasasi tetapi jarang digunakan dalam
bentuk sediaan padat. Pengetahuan tentang kepadatan bulk sangat berguna
untuk sediaan obat dalam bentuk sediaan akhir (pdf tablets vol 1).
B.
Uraian bahan
·
Parafin (FI Ed.III)
Nama resmi :
PARAFFINUM LIQUIDUM
Nama lain :
Parafin cair
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluorensensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau,
hampir tidak mempunyai warna.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air
dan dalam etanol (95%), larut dalam kloroform dan dalam eter.
·
Asam borat (Ditjen Pom, 1979)
Nama resmi : ACIDUM BORICUM
Nam lain : asam borat
RM/BM/BJ : H3BO3/61,83/ 1,435
Kerapatan : 1,435 gr/ml
Pemerian : hablur, serbuk hablur putih
atau sisik
Mengkilap tidak
berwarna; kasar; tidak
Berbau; rasa agak Asam dan pahit kemudian
Manis.
Kelarutan : larut dalam 20 bagian air,
dalam 3 bagian air
Mendidih, dalam 16 bagian etanol (95%) p
Dan dalam 5 bagian gliserol p.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai sampel
·
Air Suling (Ditjen POM, 1979 : 96)
Nama resmi : AQUA
DESTILLATA
Nama lain : Air suling
Rumus struktur :
H-O-H
RM/BM/BJ : H2O /
18,02/1,00
Pemerian : Cairan jernih; tidak
berwarna; tidak berbau;
Tidak mempunyai rasa
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut
KOMPOSISI SAMPEL
·
SUSU
ULTRA:
Komposisi:
Susu
Segar Coklat: Susu Sapi Segar, Sukrosa, Bubuk Coklat, Pemantap Nabati, Perisa
Coklat.
· SIRUP ABC
Komposisi;
Air,gula,pengatur
keasaman,perisa jeruk,pemanis buatan natrium siklamat 0,7 g/kg minuman siap saji,pengawet
natrium benzoat,pewarna tetrazin Cl 19140,kuning FCF Cl 15985,sari buah jeruk.
·
SIRUP DHT
Komposisi;
65% gula,
Air, Aroma dan pewarna
· SIRUP MARJAN
Komposisi;
Gula
pasir,Air,Ekstrak Kelapa,Ekstrak Pandan,Perisa Cocopandan,Pengatur Keaasaman,Asam
Sitrat,Pewarna(Ponceau 4R(Cl 16255)&Tartrazin(Cl 19140)
· Pocari sweat
Komposisi;
air, gula, asam sitrat, natrium
sitrat, natrium klorida, kalium
klorida, kalsium
laktat, magnesium karbonat dan rasa.
C.
Prosedur kerja (Anonim,2014)
a. Menentukan kerapatan bulk
· Timbang asam borat sebanyak 10 g, kemudian masukkan
kedalam gelas ukur 50
ml.
· Ukur volume zat padat
· Hitung kerapatan bulk menggunakan persamaan
b. Menentukan
kerapatan mampat
· Timbang zat padat sebanyak 10 gram
· Masukkan kedalam gelas ukur
· Ketuk sebanyak 100 kali ketukan
· Ukur volume yang terbentuk
·
Hitung kerapatan mampat dengan persamaan
c. Menentukan
kerapatan sejati
· Timbang piknometeryang bersih dan kering bersama
tutupnya (W1)
· Isi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3
bagian volumenya. Timbang piknometer
berisi zat padat beserta tutupnya (W3)
· Isikan paraffin cair perlahan-lahan kedalam piknometer berisi zat padat, kocok-kocok, dan
isi sampai penuh sehingga tidak ada gelembung udara didalamnya
· Timbang piknometer berisi zat padat dan paraffin cair
tersebut beserta tutupnya (W4)
· Bersikan piknometer dan isi penuh dengan paraffin cair
hingga tidak ada gelembung di dalamnya
· Timbang piknometer berisi penuh paraffin cair dan
tutup nya (W2)
· Hitung kerapatan zat menggunakan persamaan
d. Menentukan bobot jenis cairan
· Gunakan piknometer bersih dan kering
· Timbang piknometer kosong (W1), lalu isi dengan air
suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang (W2)
· Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu
isi dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat
pengukuran air suling, dan timbang (W3)
· Hitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan.
BAB III
METODE KERJA
A.
Alat dan bahan
Adapun
alat yang digunakan adalah Corong, Gelas ukur 25 ml, Gelas kimia 50 ml, Lap
halus, Piknometer 25 ml, dan Pipet tetes, sendok tanduk.
Adapun
bahan yang digunakan adalah Alkohol, Alumunium Foil, Aquadest, Asam borat,
Gliserin, Minyak, Parafin cair, Susu dan Tissue.
B.
Cara kerja
1.
Menentukan kerapatan bulk
- siapkan alat dan bahan
- Ditimbang zat
padat sebanyak 10 mg.
- Dimasukkan
kedalam gelas ukur 50 ml.
- Diukur volume
zat padat tersebut.
- hitung
kerapatan bulk dengan menggunakan rumus:
Kerapatan bulk = bobot zat padat (g)
Volume bulk (ml)
2. Menentukan kerapatan mampat
- siapkan alat dan bahan
- Ditimbang zat
padat sebanyak 10 mg.
- Dimasukkan
kedalam gelas ukur 50 ml.
- Diketuk
sebanyak 100 kali dengan menggunakan alat yang telah disediakan
- Diukur volume
zat padat tersebut.
- hitung
kerapatan zatnya dengan menggunakan rumus:
Kerapatan mampat = bobot zat padat (g)
Volume mampat (ml)
3. Menentukan
kerapatan sejati
- siapkan alat dan bahan
- Ditimbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya
- Diisi
piknometer dengan asam borat kira-kira 1/3 bagian volumenya
- Ditimbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya. Isikan parafin
cair perlahan-lahan kedalam piknometer yang berisi zat padat. Hingga tidak ada
lagi ruang didalam piknometer.
- Ditimbang
piknometer berisi zat padat dan paraffin cair.
- kemudian bersihkan piknometer, masukkan parafin cair hingga tidak ada gelembung didalamnya.
- Ditimbang
piknometer berisi penuh paraffin cair dan tutupnya.
- Dihitung
kerapatan zat. Dengan menggunakan rumus:
Kerapatan sejati = berat sampel (g)
Volume sampel (ml)
4. Mengukur bobot jenis
menggunakan piknometer
- Disiapkan alat dan bahan
- Dicuci piknometer dengan aquades dan kemudian dibilas dengan alcohol
70 %.
- Setelah itu, piknometer dikeringkan.
- Setelah dikeringkan, ditimbang berat kosong piknometer
- Kemudian diisi piknometer dengan masing-masing sampel
- Untuk suhu kamar digunakan es batu yang dimasukkan ke dalam gelas piala
kemudian piknometer di masukkan ke dalamnya, hingga suhunya mencapai 25°C dan suhu tersebut dipertahankan.
- Ditimbang berat piknometer yang berisi sampel.
- Dihitung BJ dan RJ
5. Bobot
jenis susu ultra
- disiapkan alat dan bahan
- masukkan susu ultra kedalam gelas ukur 50 ml
- ditimbang gelas ukur yang berisi susu ultra
- hitung bobot jenisnya dengan
menggunakan rumus:
Dt
= W2 – W1
VPikno
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
1. Table
kerapatan
kelompok
|
Kerapatan
bulk
|
Kerapatan
mampat
|
Kerapatan
sejati
|
1
|
0,83
|
0,90
|
-3,86
|
2
|
0,83
|
0,90
|
-1,46
|
3
|
0,83
|
0,90
|
-48,88
|
4
|
0,91
|
1
|
-2,54
|
5
|
0,77
|
1
|
-2,224
|
Perhitungan :
1. Kelompok 1
a. Kerapatan
bulk :
Kerapatan bulk = bobot zat padat (g)
Volume
bulk (ml)
=
10 g = 0,83 g/ml
12ml
b. Kerapatan
mampat :
Kerapatan mampat = bobot zat padat (g)
Volume mampat (ml)
= 10 g = 0,90 g/ml
11ml
c. Kerapatan
sejati :
a.
Berat pikno kosong : 11,25
b.
Berat pikno + paraffin : 32,85
c.
Berat pikno + asam borat : 23,28
d.
Pikno + paraffin + asam
borat : 42,33
e.
Berat paraffin (b-a) : 21,60
f.
Berat sampel (c-a) : 12,02
g.
Berat sampel + paraffin
(d-a) : 11,25
h.
Berat paraffin yang diganti
dengan sampel
(g-e-f) =
(11,25-21,60-12,02) = -2,55
i.
Volume sampel h = -3,11
BJ parafin
j.
Kerapatan sejati = berat sampel (g)
Volume sampel (ml)
= 12,02 = -3,86 g/ml
-3,11
2. Kelompok 2
a. Kerapatan
bulk :
Kerapatan bulk = bobot zat padat (g)
Volume
bulk (ml)
=
10 g = 0,83 g/ml
12ml
b. Kerapatan
mampat :
Kerapatan mampat = bobot zat padat (g)
Volume mampat (ml)
= 10 g = 0,90 g/ml
11ml
c. Kerapatan
sejati :
a. Berat pikno kosong :
30,63
b. Berat pikno + paraffin :
50,89
c. Berat pikno + asam borat :
45,80
d. Pikno + paraffin + asam borat : 57,52
e. Berat paraffin (b-a) : 20,26
f.
Berat sampel (c-a) : 15,17
g. Berat sampel + paraffin (d-a) : 26,89
h. Berat paraffin yang diganti dengan sampel
(g-e-f) = (26,89-20,26-15,17) = -8,54
i.
Volume sampel h = -8,54 = -10.41
BJ parafin 0,82
j.
Kerapatan sejati = berat sampel (g)
Volume sampel (ml)
= 15,17
= -1,46 g/ml
-10,41
3. Kelompok 3
a. Kerapatan
bulk :
Kerapatan bulk = bobot zat padat (g)
Volume
bulk (ml)
=
10 g = 0,83 g/ml
12 ml
b. Kerapatan
mampat :
Kerapatan mampat = bobot zat padat (g)
Volume mampat (ml)
= 10 g = 0,90 g/ml
11 ml
c. Kerapatan
sejati :
a. Berat pikno kosong :
23,33
b. Berat pikno + paraffin :
43,87
c. Berat pikno + asam borat :
39,95
d. Pikno + paraffin + asam borat : 53,34
e. Berat paraffin (b-a) : 20,54
f.
Berat sampel (c-a) : 16,62
g. Berat sampel + paraffin (d-a) : 30,01
h. Berat paraffin yang diganti dengan sampel
(g-e-f) =
(30,01-20,54-16,62)= -7,15
i.
Volume sampel h = -7,15 = -0,34
BJ parafin 20,54
j.
Kerapatan sejati = berat sampel (g)
Volume sampel (ml)
= 16,62 = -48,88 g/ml
-0,34
4. Kelompok 4
a. Kerapatan
bulk :
Kerapatan bulk = bobot zat padat (g)
Volume
bulk (ml)
=
10 g = 0,90 g/ml
11
ml
b. Kerapatan
mampat :
Kerapatan mampat = bobot zat padat (g)
Volume mampat (ml)
= 10 g = 1 g/ml
10 ml
c. Kerapatan
sejati :
a. Berat pikno kosong :
29,11
b. Berat pikno + paraffin :
48,93
c. Berat pikno + asam borat :
42,44
d. Pikno + paraffin + asam borat : 57,97
e. Berat paraffin (b-a) : 28,86
f.
Berat sampel (c-a) : 13,33
g. Berat sampel + paraffin (d-a) : 28,86
h. Berat paraffin yang diganti dengan sampel
(g-e-f) =
(28,86-28,86-13,33) = -4,29
i.
Volume sampel h = -5,23
BJ parafin
j.
Kerapatan sejati = berat sampel (g)
Volume sampel (ml)
= 13,33 = -2,54 g/ml
-5,23
5. Kelompok 5
a. Kerapatan
bulk :
Kerapatan bulk = bobot zat padat (g)
Volume
bulk (ml)
=
10 g = 0,77 g/ml
13
ml
b. Kerapatan
mampat :
Kerapatan mampat = bobot zat padat (g)
Volume mampat (ml)
= 10 g = 1 g/ml
10 ml
c. Kerapatan
sejati :
k. Berat pikno kosong :
22,03
l.
Berat pikno + paraffin : 42,69
m. Berat pikno + asam borat :
35,09
n. Pikno + paraffin + asam borat : 50,89
o. Berat paraffin (b-a) : 20,65
p. Berat sampel (c-a) : 13,04
q. Berat sampel + paraffin (d-a) : 28,85
r. Berat paraffin yang diganti dengan sampel
(g-e-f) =
(28,85-20,65-13,04)= -4,84
s. Volume
sampel h = -4,84 = -5,86
BJ parafin 0,83
t.
Kerapatan sejati = berat sampel (g)
Volume
sampel (ml)
=
13,04 = -2,224
-5,86
2. Table bobot
jenis
sampel
|
Bobot
jenis (g/ml)
|
Sirup
marjan
|
1,410 g/ml
|
Sirup DHT
|
1,2884
g/ml
|
Pocary
sweat
|
1,0156
g/ml
|
Sirup ABC
|
1,1253
g/ml
|
Ultra milk
|
1,0283
g/ml
|
Perhitungan :
1. Kelompok 1
Dt = W2
– W1
VPikno
= 46,50 – 11,25 = 1,410 g/ml
25
2. Kelompok 2
Dt = W2
– W1
VPikno
= 62,84 – 36,67 = 1,2884
g/ml
25
3. Kelompok 3
Dt = W2 – W1
VPikno
= 48,72 – 23,33 = 1,0156 g/ml
25
4. Kelompok 4
Dt = W2
– W1
VPikno
= 57,2415 – 29,1090 = 1,253 g/ml
25
5. Kelompok 5
Dt = W2 – W1
VPikno
= 40,4172 – 17,7075 = 1,0283 g/ml
25
B.
Pembahasan
Bobot jenis adalah perbandingan massa dengan volume suatu zat pada suhu
tertentu (25°C), dan kerapatan jenis adalah
perbandingan antara bobot jenis suatu zat dengan bobot jenis air pada suhu
tertentu. Kerapatan zat bersifat mutlak.
Dalam bidang farmasi bobot jenis dan kerapatan jenis suatu zat atau cairan
digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan
senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa
obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat
kelarutan/daya larut suatu zat.
Dalam percobaan bobot jenis dan
kerapatan zat dilakukan empat percobaan
yakni percobaan menentukan kerapatan bulk, menentukan kerapatan mampat,
menentukan kerapatan sejati, dan menentukan bobot jenis zat cair, zat cair yang diperoleh oleh kelompok adalah susu
ultra.
Pada
percobaan menentukan kerapatan bulk digunakan asam borat sebanyak 10 gram
kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur 50 ml sehingga volume bulk adalah 13 ml.
Setelah itu hitunglah hasil kerapatan
bulk yang didapatkan dari perbandingan bobot zat padat dan volume bulk
yaitu 0,779 g/ml. setelah melakukan
percobaan bulk, kemudian dilanjutkan
dengan melakukan percobaan menentukan kerapatan mampat, asam borat yang
terdapat dalam gelas ukur dalam menentukan volume bulk akan dimampatkan dengan
cara diketuk-ketuk sebanyak 100 kali dengan menggunakan alat yang
telah disediakan hingga asam borat menjadi
mampat dan diperoleh volume mampatnya 10 ml. Sehingga perbandingan
antara bobot zat padat dan volume mampat adalah 1 g/ml. Kemudian dilanjutkan
dengan mengukur kerapatan sejati. penentuan kerapatan sejati, digunakan piknometer kosong yang
ditimbang beserta dengan penutupnya. Diperoleh sebesar 22,03 gram. Piknometer yang bersih, dipegang
menggunakan tissue. Hal ini dikarenakan pada tangan manusia tedapat partikel
atau zat yang dapat mempengaruhi bobot piknometer yang sesungguhnya. Asam borat
dimasukkan 2/3 volume piknometer dan ditimbang beserta penutupnya. Hingga
diperoleh 35,09
gram. Ditambahkan paraffin cair perlahan-lahan kedalam piknometer yang berisi
asam borat kemudian dikocok dan diisi hingga penuh sehingga tidak gelembung
udara didlam piknometer. Timbang beserta penutupnya. Diperoleh sebesar 50,89gram. Bersihkan piknometer kemudian
diisi dengan parafin cair, isi penuh sehingga tidak gelembung didalamnya. Timbang
dan diperoleh sebesar 42,69 gram. Kemudian
dihitung volume sampel dengan perbandingan antara berat parafin cair dan asam
borat didalam piknometer dengan bobot jenis parafin sehingga diperoleh hasil
-5,86
Setelah itu hitung kerapatan sejati dengan perbandingan
antara berat sampel dan volume yang didapat. Kemudian diperoleh hasil -2,224
menentukan bobot jenis
dilakukan dua sampel yaitu parafin cair dan susu ultra. Pertama-tama
timbang piknometer kosong. Diperoleh hasil 25 kemudian isi dengan sampel yang
disediakan dan ditimbang dengan penutupnya dan diperoleh hasil 40,4172 hitung
perbandingan antara piknometer yang berisi sampel dengan piknometer kosong.
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh hasil perhitungan, yaitu kerapatan
sejati dari asam borat adalah -2,224
g/ml. Berdasarkan literatur, kerapatan asam borat adalah 1,435 g/ml. Jika dibandingkan antara hasil
yang diperoleh dengan literatur, selisih perbedaannya yaitu 0,3659 g/ml.
Pada percobaan ini
menggapa hasil yang didapat dari perhitungan kerapatan sejati itu (-) bukan
karena adanya faktor dari kesalahan praktikan melainkan pada rumus perhitungan yang digunakan pada
percobaan ini berbeda dengan rumus yang ada pada penuntun, sehingga penentuan berat parafin cair yang diganti
dengan sampel yang ada menghasilkan (-) pula sehimgga hasil dari volume sampel
dan kerapatannya yang didapatkan adalah (-).
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan
dapat disimpulkan bahwa:
·
kelompok I
kerapatan Bulk = 0,83
kerapatan Mampat
= 0,90
kerapatan Sejati =
-3,86
·
kelompok II
kerapatan Bulk
=
0,83
kerapatan Mampat
=
0,90
kerapatan Sejati
=
-1,46
·
kelompok III
kerapatan bulk = 0,083
kerapatan Mampat
= 0,90
kerapatan Sejati
= -48,88
·
kelompok IV
kerapatan Bulk = 0,91
kerapatan
Mampat = 1
kerapatan Sejati
=
-2,54
·
kelompok V
kerapatan Bulk 0,77
kerapatan Mampat
=
1
kerapatan Sejatinya =
-2,224.
Hasil perhitungan bobot jenis dari beberapa sampel:
Sampel
|
Bobot Jenis (g/ml)
|
Sirup Marjan
|
1,410
|
Sirup DHT
|
1,2884
|
Pocary Sweat
|
1,0156
|
Sirup ABC
|
1,1253
|
Ultra Milk
|
1,0283
|
Jadi, sampel yang memiliki bobot jenis paling besar
adalah Sirup Marjan dan yang paling kecil adalah Pocary Sweat.
B.
Saran
Sebaiknya asisten selalu
memperhatikan praktikannya dalam melakukan percobaan agar dapat memperoleh hasil
yang sesuai
DAFTAR
PUSTAKA
Petrucci
R . H ,1999, Kimia Dasar Prinsip dan Teori Modern, Erlangga, Jakarta.
Lachman, L., dkk., (1994), Teori dan Praktek Farmasi Industri II, Edisi III, diterjemahkan
oleh Siti suyatmi, UI Press, Jakarta
Lieberman.h,dkk.
Pharmaceutical dosage forms: tablets vol.
I. Marcel domes; Newyork
Anonim., 2013. PENUNTUN PRAKTIKUM
FARMASI FISIKA I. Makassar: Laboratorium Farmaseutika Fakultas Farmasi UMI.
Ansel, H.C., 2004. KALKULASI
FARMASETIK. Jakarta: EGC
Ditjen POM., 1979. FARMAKOPE
INDONESIA EDISI III. Jakarta: Depertemen Kesehatan RI
Gibson, M., 2004. PHARMACEUTICAL
PREFORMULATION AND FORMULATION . USA: CRC Press
Martin, Alfred. 1990. “Farmasi Fisika”. UI - press. Jakarta
Tim asisten. 2008. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Makassar:
Jurusan Farmasi UNHAS.
LAMPIRAN
SKEMA
KERJA
A.
Menentukan Kerapatan Bulk
Ditimbang 10 g
Hitung kerapatan bulk
|
Ukur volume-nya
|
ASAM
BORATSAM BORAT
|
B.
Menentukan Kerapatan Mampat
Ditimbang 10 g
Hitung kerapatan bulk
|
Ukur volume-nya
|
ASAM BORAT BORATBORATSAM BORAT
|
C.
W4
|
W3
|
W1
|
+ asam borat 2/3 bgn
|
+ asam borat + paraffin cair
|
ditimbang
|
ditimbang
|
ditimbang
|
ditimbang
|
W2
|
Hitung kerapatan zat-nya
|
+ paraffin cair
|
D.
W3
|
W2
|
W1
|
+ air suling
|
W3
|
+ sirup
|
ditimbang
|
+ alkohol
|
ditimbang
|
ditimbang
|
ditimbang
|
Hitung Bobot Jenis Cairan
|
LABORATORIUM FARMASETIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS
MUSLIM INDONESIA
LAPORAN
PRAKTIKUM
“BOBOT JENIS DAN KERAPATAN”
OLEH
NAMA : NURMAIDA MASTUR SUSILA
STAMBUK : 150
2013 0040
KELAS : 2.2
KELOMPOK : 5
ASISTEN : SURYA
FAJRIYANTO
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
MAKASSAR
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar